Sabtu, 31 Mei 2008

STOCKS, MARKET, INDUSTRY, AND FUNDAMENTAL & TECHNICAL ANALYTICAL

Pendekatan dan Evaluasi Saham
Penilaian saham yang sering digunakan untuk analisis sekuritas, yaitu:

1.Pendekatan present value (metode kapitalisasi penghasilan)
Berdasarkan pendekatan ini maka nilai saat ini suatu model saham adalah sama dengan present value arus kas yang diharapkan akan diterima oleh pemilik saham tersebut. Untuk menaksir tingkat keuntungan yang dipandang layak, analisis atau pemodal perlu memasukkan factor risiko. Kas yang diterima oleh pemodal akan berasal dari dua sumber, yaitu deviden dan hasil penjualan kembali saham tersebut.

The Multiple Growth Model, model pertumbuhan tersebut merupakan model yang relatif sederhana. Bagi perusahaan yang beroperasi pada industri yang telah berada pada tahap maturity (kedewasaan) pada siklus kehidupan produk, penggunaan model ini cukup untuk memadai untuk menaksir nilai intrinsik saham.

Model Dengan Tiga Periode Pertumbuhan, model ini merupakan perluasan dari model dengan dua pertumbuhan multiple, tetapi dengan scenario tambahn lagi. Model ini diasumsikan ada tiga periode, yaitu: (1) Periode Awal (misalnya 5 tahun), Yaitu periode pada waktu pertumbuhan laba (dan dividen) paling tinggi dibandingkan dengan periode-periode kemudian. (2) PeriodeTtransisi (misalnya 3 tahun). Periode ini menunjukkan berapa lama pertumbuhan pada periode awal akhirnya turun menjadi normal, Turunnya pertumbuhan selama periode transisi ini diasumsikan secara linier. (3) Periode Pertumbuhan konstan selamanya, pada periode ini diasumsikan pertumbuhan telah menjadi normal dan akan berlangsung selamanya

2.Pendekatan price earning ratio atau PER (metode kelipatan laba)
Metode valuasi lain yang sering digunakan adalah pendekatan PER. Bahkan di Amerika Serikat nampaknya penggunaan pendekatan PER lebih sering daripada penggunaan metode berdasar atas deviden, meskipun penggunaan model berdasar atas dividen juga makin meningkat. Namun perlu diperhatikan, setiap pendekatan dan model valuasi memerlukan penaksiran terhadap masa depan yang tak pasti.

Model PER, sebagaimana namanya menunjukkan, mendasarkan diri atas rasio antara harga saham per lembar dengan EPS.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi PER
Apabila kita mempergunakan constant growth model, maka dengan mudah persamaan tersebut bias dimodifikasikan dalam bentuk Price Earnings Ratio (PER). Analis sekuritas kadang-kadang menyukai penggunaan PER dalam menilai kewajaran harga saham. Saham yang mempunyai PER yang tinggi mungkin dicurigai telah terlalu tinggi harganya.

Nilai Pasar
Berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar saat ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa.

Analisis Fundamental
Adalah analisis untuk menghitung nilai intrinsik saham dengan menggunakandata keuangan perusahaan. Ada dua pendekatan untuk menghitung nilai intrinsic saham, yaitu dengan pendekatan nilai sekarang dan PER.

Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan (i) mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan (ii) menerapkan hubungan variable-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.Dalam membuat model peramalan harga saham tersebut, langkah yang penting adalah mengidentifikasikan faktor-faktor fundamental (seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya, kebijakan dividen, dsb.) yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham.

Analisis Teknis dari Fundamental
Kalau kita kembali ke pendekatan berdasar atas present value dari dividen-dividen yang akan diterima oleh pemodal di kemudian hari. Dengan demikian maka dua pertanyaan dapat diajukan. Pertama, berapa tingkat bunga yang akan dipakai untuk menghitung present value dividen-dividen yang diharapkan? Jawaban pertnyaan ini menyangkut penentuan (atau estimasi) . Semakin tnggi resilo suatu saham, semakin besar r yang dipergunakan. Kedua, bagaimana menaksir dividen yang diharapkan akan diterima pemodal? Jawaban atas pertanyaan ini berarti analisis harus memperkirakan kemampuan perusahaan memperoleh laba.

Perusahaan hanya bias membagikan dividen semakin besar kalau perusahaan mampu menghasilkan laba yang semakin besar. Kalau laba yang diperoleh tetap besarnya, perusahaan tidak bias membagikan dividen yang semakin besar karena ini berarti perusahaan akan membagikan modal sendiri. Dari sisi peraturan, pembagian modal sendiri tidak diperkenankan. Dari sudut pandang kreditor, merekapun akan menolak kalau perusahaan membagikan modal sendiri. Mengapa??? Karena dengan membagikan modal sendiri, jumlah modal sendiri makin berkurang sehingga proporsi hutang menjadi semakin besar. Kalau perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (yang berarti pemilik perusahaan hanya bertanggung jawab terbatas pada modal yang disetorkan), maka dengan semakin meningkatnya proporsi hutang , berarti risiko mulai digeser ke pemberi kredit (kreditor).

Tidak ada komentar: